Tampilkan postingan dengan label HARRY POTTER. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HARRY POTTER. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Agustus 2012

GODRIC’S HOLLOW


GODRIC’S HOLLOW

            Malam itu hujan dan berangin, dua anak berpakaian seperti labu kuning berjalan bergoyang seperti bebek di seberang lapangan, dan etalase toko-toko dihiasi laba-laba kertas, semua barang Muggle yang mentereng tapi tak berharga untuk mencerminkan dunia yang tak mereka percayai. . . Dan dia meluncur di sepanjang jalan itu, merasakan kemantapan, kekuasaan, dan kebenaran dalam dirinya yang selalu dikenalinya pada kesempatan-kesempatan seperti ini. . . Bukan kemarahan. . . Itu untuk jiwa-jiwa yang lebih lemah daripadanya. . . Namun kemenangan, ya. . . Dia telah menunggu ini, dia telah mengharapkan ini. . .
            “Kostum yang bagus, Mister!”
            Dia melihat senyum anak laki-laki kecil itu menghilang ketika dia berlari cukup dekat untuk melihat di bawah kerudung jubahnya, melihat ketakutan menyelimuti wajahnya yang dicat, kemudian anak itu berbalik dan berlari. . . Di bawah jubahnya dia meraba pegangan tongkat sihirnya. . . Satu gerakan sederhana dan anak itu tak akan pernah mencapai ibunya. . . Tapi tak perlu, sungguh tak perlu. . .
            Dan sepanjang jalan baru dan lebih gelap dia bergerak, dan sekarang tujuannya sudah tampak akhirnya, Mantra Fidelius-nya sudah punah, meskipun mareka belum mengetahuinya. . . Dan suara yang dibuatnya lebih pelan daripada bunyi daun-daun gugur yang bergeser di trotoar ketika dia tiba di pagar tanaman yang gelap dan memandang lewat atasnya. . .
            Mereka tidak menutup gordennya, dia bisa melihat mereka cukup jelas di ruang keluarga mereka yang kecil, si laki-laki jangkung berambut hitam dengan kacamatanya, membuat kepulan-kepulan asap warna-warni meluncur dari ujung tongkat sihirnya untuk menghibur seorang anak laki-laki kecil berambut hitam dalam piama birunya. Anak itu tertawa-tawa dan berusaha menangkap asap, menggenggamnya dalam tangannya yang kecil. . .
            Sebuah pintu terbuka dan si ibu masuk, mengucapkan kata-kata yang tak bisa didengarnya, rambutnya yang panjang dan merah-gelap terjurai ke wajahnya. Sekarang si ayah mengangkat anak itu dan menyerahkannya kepada si ibu. Dilemparkannya tongkat sihirnya ke sofa dan dia menggeliat, menguap. . .
            Gerbang berderit sedikit ketika dia mendorongnya membuka, tetapi James Potter tidak mendengarnya. Tangannya yang putih mencabut tongkat sihir di balik jubahnya dan mengacungkannya ke pintu, yang langsung menjeblak terbuka.
            Dia sudah melewati ambang pintu dan James cepat-cepat berlari ke ruang depan. Mudah sekali, terlalu mudah, dia bahkan tidak mengambil tongkat sihirya. . .
            “Lily, bawa Harry pergi! Dia yang datang! Pergilah! Lari! Akan ku tahan dia─”
            Menahannya, tanpa tongkat sihir di tangannya! . . . Dia tertawa sebelum meluncurkan kutukan. . .
            Avada Kedavra!”
            Cahaya hijau memenuhi ruang depan yang penuh barang, membakar kereta bayi yang ditaruh di dekat dinding, membuat pegangan tangga membara seperti penangkal kilat, dan James Potter jatuh terpuruk seperti boneka bertali yang talinya dipotong. . .
            Dia bisa mendengar si ibu menjerit dari lantai atas, terperangkap, namun asal dia bersikap bijaksana, baginya, paling tidak, tak ada yang perlu ditakutkan. . . Dia menaiki tangga, mendengarkan dengan agak geli usahanya untuk membarikade dirinya. . . Dia juga tak membawa tongkat sihir. . . Betapa bodohnya mereka, dan betapa mudah percaya, mengira bahwa keamanan mereka terletak pada teman-teman mereka, bahwa senjata bisa diletakkan bahkan untuk sekejap saja. . .
            Dia membuka pintu dengan paksa, menyingkirkan kursi dan dos-dos yang tadi cepat-cepat ditumpukkan di belakang pintu dengan satu lambaian malas tongkat sihirnya. . . Dan itu dia berdiri, si anak dalam pelukannya. Begitu melihatnya, dia menjatuhkan anaknya ke dalam ranjang bayi di belakangnya dan membuka tangannya lebar-lebar, seolah ini akan membantu, seolah dengan menutupinya sehingga tak tampak, dia berharap dialah yang akan ganti dipilih. . .
            “Jangan Harry, jangan Harry, kumohon jangan Harry!”
            “Minggir, perempuan bodoh. . . Minggir sekarang. . .”
            “Jangan Harry, kumohon jangan, bawalah aku, bunuh aku sebagai gantinya─”
            ”Ini peringatan terakhirku─”
            “Jangan Harry! Tolong. . . Kasihanilah. . . Kasihanilah. . . Jangan Harry! Jangan Harry. . . Kumohon─ akan kulakukan apa saja─”
            “Minggir─ minggir, perempuan─”
            Dia bisa memaksanya menyingkir dari ranjang bayi, tetapi rasanya lebih bijaksana menghabisi mereka semuanya. . .
            Cahaya biru menyambar ke sekeliling ruangan dan dia ambruk seperti suaminya. Anak itu tidak menangis selama ini. Dia bisa berdiri, mencengkeram jeruji ranjang bayinya, dan dia mendongak memandang wajah si penyerang dengan sangat berminat, mungkin mengira ayahnyalah yang bersembunya di balik jubah, membuat lebih banyak cahaya-cahaya indah, dan ibumya akan muncul lagi setiap saat, tertawa─
            Dia mengarahkan tongkat sihirnya sangat hati-hati ke wajah anak itu: dia ingin melihatnya terjadi, pembinasaan bahaya yang tak bisa dijelaskan ini. Anak itu mulai menangis, dia telah melihat bahwa dia bukan James. Dia tak suka melihat anak itu menangis, dia tak pernah bisa tahan mendengar anak-anak kecil merengek di panti asuhan─
            Avada Kedavra!”
            Dan kemudian dia hancur: dia bukan apa-apa lagi, kecuali kesakitan dan kengerian, dan dia harus menyembunyikan diri, tidak di sini di puing-puing rumah yang hancur, tempat si anak terperangkap dan menangis menjeri-jerit, tetapi pergi jauh. . . Pergi jauh. . .

Sumber : Harry Potter and The Deathly Hallows

KISAH TIGA SAUDARA


KISAH TIGA SAUDARA


Pada zaman dahulu ada tiga saudara, kakak-beradik laki-laki, yang berkelana melewati jalan panjang berliku-liku di senja hari.
Pada waktunya, ketiga saudara ini tiba di sungai yang terlalu dalam untuk diseberangi dengan berjalan kaki dan terlalu berbahaya untuk diseberangi dengan berenang. Meskipun demikian, ketiga saudara ini menguasai ilmu sihir, maka mereka tinggal melambaikan tongkat sihir mereka dan sebuah jembatan muncul di atas air yang berbahaya itu. Mereka sudah tiba di tengah jembatan ketika jalan mereka dihalangi oleh sosok berkerudung.
Dan Kematian berbicara kepada mereka. Dia marah telah kehilangan tiga korban baru, karena para pengelana biasanya tenggelam di sungai. Tetapi Kematian licik. Dia berpura-pura memberi selamat kepada tiga saudara ini atas sihir mereka, dan berkata masing-masing berhak mendapatkan hadiah karena telah cukup pintar untuk menghindarinya.
Maka, si Sulung (Antoich Peverell), yang suka bertempur, meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat sihir yang ada: tongkat sihir yang harus selalu memenangkan duel bagi pemiliknya, tongkat sihir yang layak diterima penyihir yang telah mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebatang pohon Elder di tepi sungai, membuat tongkat sihir dari dahan yang menggantung di sana, dan memberikannya kepada si Sulung.
Kemudian si Tengah (Cadmus Peverell), orang yang sombong, memutuskan dia ingin mempermalukan Kematian lebih jauh lagi, dan meminta kekuatan untuk memanggil yang lain dari Kematian. Maka Kematian memungut sebutir batu dari tepi sungai dan memberikannya kepada si Tengah, dan memberitahunya bahwa batu itu akan memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang yang sudah mati.
Kemudian Kematian menanyai si Bungsu (Ignotus Peverell), apa yang diinginkannya. Si Bungsu ini yang paling rendah hati dan juga paling bijaksana diantara ketiga kakak-beradik ini, dan dia tidak memercayai Kematian. Maka dia meminta sesuatu yang bisa membuatnya melanjutkan perjalanan dari tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan amat sangat enggan, menyarahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepadanya.
Kemudian Kematian menyisih dan mengizinkan ketiga kakak-beradik itu melnjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun melanjutkan perjalanan sambil membicarakan dengan takjub perualangan yang telah mereka alami, dan mengagumi hadiah dari kematian.
Pada saatnya ketiga kakak-beradik ini berpisah, masing-masing menuju tujuan mereka sendiri-sendiri.
Si Sulung berjalan kira-kira seminggu lagi, dan tiba di suatu desa yang jauh, mencari penyihir kenalannya, dengan siapa dia pernah bertengkar. Tentu saja, dengan Tongkat Sihir Elder sebagai senjatanya, dia tak mungkin kalah dalam duel yang terjadi. Meninggalkan musuhnya mati di lantai, si Sulung menuju tempat panginapan. Di sana dia membanggakan keras-keras kehebatan tongkat sihir yang telah diperolehnya dari Kematian sendiri, dan tentang bagaimana tongkat sihir itu tak terkalahkan.
Malam itu juga seorang lain mengendap-endap mendatangi si Sulung yang sedang terlelap, bersimbah anggur, di tempat tidurnya. Pencuri itu mengambil tongkat sihirnya dan, sebagai tambahan, menggorok leher si Sulung.
Maka Kematian mengambil si Sulung sebagai miliknya.
Sementara itu, si Tengah pulang ke rumahnya, tempat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk memanggil orang yang mati, dan memutarnya tiga kali dalam tanganya. Betapa heran dan gembiramya dia, sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya untuk dinikahinya, sebelum gadis itu meninggal dalam usia muda, muncul seketika itu juga di hadapannya.
Meskipun demikian, gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya seolah oleh sehelai selubung. Walaupun telah kembali ke dunia orang hidup, dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia itu dan menderita. Akhirnya, si Tengah, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, membunuh diri supaya bisa benar-benar bergabung dengan gadis itu.
Maka Kematian mengambil si Tengah sebagai miliknya.
Namun, meski Kematian mencari si Bungsu selama bertahun-tahun, dia tak pernah berhasil menemukannya. Barulah ketika telah mencapai usia sangat lanjut, si Bungsu membuka Jubah Gaid-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan kemudian dia menyalami Kematian sebagai teman lama, dan pergi bersamanya dengan senang, dan sebagai teman sederajat, mereka meninggalkan kehidupan ini.


-THE END-

Sumber : Harry potter and the Deathly Hallows

RAMUAN KATA DI BALIK MANTRA


            Ternyata Bu J.K. Rowling tidak asal menciptakan kata-kata mantra dalam buku Harry Potter. Ia menemukan mantranya dari kitab rahasia. Rupanya, kitab rahasia itu adalah kamus bahasa! Ada bahasa Inggris, Italia, Hawaii, Portugis, Aramaic, dan terutama bahasa Latin. . .

Accio
Fungsi                    : Memanggil benda tertentu. Benda yang dikenai mantra tersebut akan                          melayang mendekati si pemantra.
Ramuan kata        : Berasal dari kata Latin, Accio, yang berarti memanggil.

Alohomora
Fungsi                    : Membuka pintu atau jendela yang terkunci.
Ramuan kata        : Aloha + Mora
                                 Aloha dari bahasa Hawaii, berarti selamat tinggal.
                                 Mora dari bahasa Latin, berarti kembali.

Avada Kedavra
Fungsi                    : Salah satu Kutukan Tak Termaafkan.
                                 Menyebabkan kematian seketika. Biasanya tidak meninggalkan bukti                                        kerusakan pada tubuh maupun sebab kematian sehingga tidak dapat                                                 dideteksi oleh Muggle.
Ramuan kata        : Berasal dari kata Aramaic, Adhadda Kedhabhra, artinya biarkan menjadi                                  hancur.

Engorgio
Fungsi                    : Membuat ukuran sesuatu jadi berlipat.
Ramuan kata        : Berasal dari kata Latin, Engorgo yang berarti membengkakkan.

Expelliarmus
Fungsi                    : Melucuti senjata. Mantra ini akan membuat senjata lawan melayang ke                                   tangan pemantra.
Ramuan kata        : Expelo + Arma
                                 Expelo dari bahasa Latin, berarti melucuti.
                                 Arma dari bahasa Latin, berarti senjata.

Lumos
Fungsi                    : Menyalakan cahaya.
Ramuan kata        : Berasal dari kata Latin, Lumen, yang berarti cahaya.
Nox
Fungsi                    : Memadamkan cahaya.
Ramuan kata        : Berasal dari kata Latin, Nox, yang berarti malam.

Petrificus Totalus
Fungsi                    : Membuat sekujur tubuh korban jadi kaku.
Ramuan kata        : Petrificare + Totalis
                                 Petrificare dari bahasa Latin, berarti membuat jadi batu.
                                 Totalis dari bahasa Latin, berarti semua.

Sumber : Bobo Special Edition Harry Potter No.02/2007

MENCONTEK HERMIONE SI JUARA KELAS


1.    Siapkan pelajaran sebelum sekolah
            Waktu pertama kali berangkat ke Hogwarts, Harry bertemu dengan Ron dan Hermione di kereta. Hermione mengatakan dia sudah menghafal seluruh isi buku-buku pelajaran! Waow! Terbukti bahwa Hermione jadi murid terpandai di angkatannya karena ia sudah mempersiapkan pelajaran sebelumnya.
            Kita mungkin tak mampu menghafal seluruh isi buku. Tapi membaca-baca bahan pelajaran sebelum guru menerangkan, pasti akan sangat membantu.

2.   Di kelas, dengarkan penjelasan guru dengan baik
            Waktu pelajaran Herbologi, Hermione mendengarkan penjelasan tentang Jerat Setan dan cara mengusirnya. Untung dia menyimak! Jadi ketika Harry, Ron, dan Hermione sedang berusaha menembus pertahanan Batu Bertuah dan terjebak dalam Jerat Setan, Hermione bisa menyelamatkan mereka! Dia ingat penjelasan Profesor Sprout bahwa Jerat Setan takut api!
            Berkat mendengarkan penjelasan di kelas, Hermione tak hanya mendapat nilai bagus. Ia juga berhasil menyelamatkan hidup sahabat-sahabatnya.

3.   Catat, catat, catat!
            Hermione selalu mencatat penjelasan guru walau kadang membosankan. Waktu pelajaran Sejarah Sihir oleh Profesor Binns, misalnya, Harry dan Ron sudah bosan dan bermain hangman. Tapi Hermione tetap mencatat! Akhirnya setiap kali mau ujian, Harry dan Ron mesti pinjam catatan Hermione. Padahal lebih enak punya catatan sendiri.
            Selalu catat poin-poin penting. Jika tidak, kita bisa lupa nantinya. Dengan mencatat, kita akan terbantu saat belajar menghadapi ujian. Lebih enak belajar dari catatan sendiri yang ringkas, daripada buku cetak yang tebal-tebal.

4.   Jangan malu untuk bertanya
            Hermione berani bertanya kepada Profesor Binns tentang Kamar Rahasia. Hermione juga berani mendebat Profesor Umbridge ketika ada hal dari buku yang tidak ia setujui. Dengan berani bertanya dan bersikap kritis, Hermione jadi lebih mengerti pelajarannya.
Kita juga nggak boleh malu untuk bertanya di kelas. Malu bertanya, sesat di jalan. . .

5.   Jangan malu juga untuk menjawab
            Hermione selalu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru. Berkat jawabannya yang benar, Gryffindor dianugerahi banyak poin!
            Guru-guru tentu mengingat bahwa kita adalah anak yang aktif di kelas. Karena itu, bisa saja guru-guru memberi nilai lebih.

6.   Berlatih dan mempraktekan pelajaran dalam keseharian
            Waktu kelas dua, Hermione sanggup bikin ramuan sulit yang harusnya untuk anak kelas enam! Waktu kelas empat, Harry, Ron, dan Hermione berlatih mantra-mantra yang bisa membantu Harry melewati maze, tugas ketiga di Turnamen Triwizard. Berkat latihan-latihan itu, mereka jadi ahli menggunakan mantra Pertahanan teehadap Ilmu Hitam! Dan nilai mereka pun jadi lebih bagus.

7.   Rajin membaca
            Yang terakhir tapi tidak kalah penting, adalah Hermione sangat gemar membaca. Kesukaannya ini tidak hanya berguna di sekolah, tapi juga sangat membantu Harry dalam melawan Voldemort. Hermione-lah yang menemukan informasi tentang Batu Bertuah, resep Ramuan Polijus, bahkan cara membinasakan Horcrux. Tanpa bantuan Hermione, Harry takkan berhasil mangalahkan Lord Voldemort.


 Sumber : Bobo Special Edition Harry Potter No.02/2007

JEJAK-JEJAK CINTA HARRY POTTER


Hermione Granger, Sebatas Sahabat
            Harry bertemu Hermione pertama kali di Hogwarts Express. Awalnya, Harry dan Ron menganggapnya sombong. Tapi mereka bertiga malah jadi sahabat karib. Beberapa kali Harry dan Hermione saling menyelamatkan dari serangan bahaya. Mereka pun sangat dekat dan saling menyayangi. Tapi, ternyata kedekatan itu sebatas sahabat. . .

Cho Chang, Cinta yang Kandas
         Harry pertama kali ketemu Cho waktu pertandingan Quidditch di tahun ketiga. Cho adalah Seeker andal dari Ravenclaw. Harry langsung terpesona dengan senyum Cho yang so sweet! Di tahun keempat, Harry mulai naksir Cho. Sayang, dia tak berhasil mengajak Cho ke pesta dansa natal. Tapi di tahun kelima, mereka mulai dekat dan jadian!
            Lama-lama, Cho cemburu pada kedekatan Harry dan Hermione. Mereka pun saling bertengkar, dan hubungan mereka makin memburuk. Apalagi sejak Marietta, sahabat Cho, membocorkan informasi tentang Laskar Dumbledore ke Profesor Umbridge. Sampai akhirnya mereka diam-diaman dan Putus! Cinta Harry pada Cho pun kandas. . .

Luna Lovegood, Sahabat Aneh
         Pertama kali ketemu Luna, di awal tahun kelima Harry. Mereka sekompartemen di Hogwarts Express. Luna nyentrik ternyata teman seangkatan Ginny. Mereka lalu berteman. Sekonyol apapun kelakuan Luna, Harry gak bisa marah.
            Sebenarnya, hubungan mereka biasa-biasa saja. Tapi, waktu di kamar kebutuhan yang didekor natal, Harry berdiri hampir di bawah mistletoe. Begitu melihatnya, Luna bergumam sambil menerawang. Sepertinya, ia ingin di bawah mistletoe bersama Harry.
            Di tahun keenam, Harry sempat mengajak Luna ke pesta natal Slughorn. Tapi tak ada perubahan berarti. Mereka tetap berteman biasa.

Ginny Weasley, Sang Cinta Sejati
         Sebelum bertemu pun, Ginny sudah ngefans berat sama Harry. Waktu Ginny mengantar Ron ke King’s Cross, Ginny melonjak-lonjak ingin bertemu Harry di dalam kereta. Sayang, Mrs. Weasley tak mengizinkan. Dan waktu menjemput Ron sebelum liburan, barulah Ginny bertemu Harry.
            Di tahun kedua, Ginny masuk Hogwarts. Karena ngefans berat, pipinya selalu merah tiap bertemu Harry. Tapi Harry cuek, dia merasa, Ginny hanyalah adik sahabatnya. Lalu saat Ginny hampir celaka gara-gara diary Tom Riddle, Harry berhasil menyelamatkannya. Di diary itulah terungkap kalau Ginny naksir berat pada Harry, tapi putus asa karena Harry cuek.
            Tahun ketiga Harry di Hogwarts, Ginny makin suka sama Harry. Apalagi sejak Harry menyelamatkan nyawanya di Kamar Rahasia. Namun Ginny selalu bungkam dan salah tingkah begitu ada Harry, sehingga Harry pun tak bisa mengenalnya lebih dekat.
            Lalu atas saran Hermione, Ginny berusaha untuk tidak terlalu memikirkan Harry. Ia mulai pacaran dengan Michael Corner, anak Ravenclaw. Ia juga jadi berani untuk ngobrol dengan Harry.
            Di akhir tahun kelima Harry, Ginny putus dengan Michael. Dan ternyata, ia malah beralih ke Dean Thomas. Padahal, sebenarnya Ron lebih suka Ginny bersama Harry.
            Di tahun keenam, waktu Ginny meninggalkan Harry karena janjian sekompartemen sama Dean, Harry mulai merasakan denyut kejengkelan yang aneh. Terutama saat ia memergoki mereka pacaran.
            Harry pun banyak bermimpi tentang Ginny. Dan rasanya ada yang menari-nari dalam diri Harry waktu Ginny dan Dean putus. Akhirnya, Harry jatuh cinta sama Ginny, dan mereka pun jadian!
            Tapi, cerita belum berakhir. Harry harus berterus terang pada Ginny, jika mereka tidak bisa jalan terus. Voldemort selalu memanfaatkan orang-orang terdekat musuhnya untuk menyerang. Harry tak ingin terjadi sesuatu pada Ginny. Untunglah, Ginny mau mengerti dan setia menanti. Dan yang pasti, setelah melalui jalan berliku, mereka akhirnya mempunyai tiga anak, James, Albus Severus, dan Lily. Kesabaran Ginny ternyata membuahkan cinta sejati yang indah . . .

Sumber : Bobo Special Edition Harry Potter No.02/2007

UJIAN BAGI PARA PENYIHIR


Pelajaran Dasar dan Pelajaran Pilihan
         Di Hogwarts ada banyak mata pelajaran. Tahun pertama dan kedua, seluruh siswa hanya mempelajari pelajaran dasar. Pelajaran itu adalah Herbologi, Transfigurasi, Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, Mantra, Sejarah Sihir, Ramuan, dan Astronomi. Pelajaran ini harus terus dipelajari sampai tahun kelima.
            Pelajaran pilihan diambil mulai tahun ketiga. Tidak seluruh mata pelajaran pilihan harus diambil. Siswa bisa memilih pelajaran pilihan yang diminati dan disetujui oleh Kepala Asrama. Pelajaran pilihan itu terdiri atas Rune Kuno, Ramalan, Telaah Muggle, Arithmancy, dan Pemeliharaan Satwa Gaib.


OWL yang Bikin Pusing
         Di akhir tahun ajaran, siswa tahun kelima akan menjalani ujian OWL (Ordinary Wizarding Level) atau Level Sihir Umum. Yang diujikan adalah semua mata pelajaran yang telah diambil selama lima tahun.
            Kelulusan OWL ditentukan oleh berapa banyak mata pelajaran yang nilainya memenuhi syarat lulus. Jadi jika seorang siswa mengambil mata pelajaran dasar dan semua pelajaran pilihan, dan semua nilai memenuhi syarat lulus, dia memiliki 12 OWL. Biasanya sih, OWL membuat siswa tahun kelima uring-uringan. Pusing! Mereka sangat takut tidak lulus OWL.
                            Tingkat Kelulusan OWL:
                            OUTSTANDING (O) – ISTIMEWA
                            EXCEEDS EXPECTATIONS (E) – DILUAR DUGAAN
                            ACCEPTABLE (A) – CUKUP

                            Tingkat Ketidaklulusan OWL:
                            POOR (P) – PARAH
                            DREADFUULL (D) – MENGERIKAN
                            TROLL (T)

Mau mengintip “rapor” Harry Potter? Ini dia!
                                      NILAI HARRY JAMES POTTER
                            Astronomi                                                         A
                            Pemeliharaan Satwa Gaib                                E
                            Mantra                                                               E
                            Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam                  O
                            Ramalan                                                             P
                            Herbologi                                                           E
                            Sejarah Sihir                                                      D
                            Ramuan                                                              E
                            Transfigurasi                                                      E
                                                          

NEWT yang Bikin Lelah Luar Biasa
         Tahun keenam dan ketujuh biasanya disebut kelas NEWT. Karena tahun itu adalah tahun persiapan untuk ujian NEWT, yang dilaksanakan di akhir tahun ketujuh.
            NEWT kependekan dari Nastily Exhausting Wizarding Test – Ujian Sihir yang Luar Biasa Melelahkan.
            Sebelum memutuskan mata pelajaran NEWT yang diambil, siswa berdiskusi dulu dengan Kepala Asrama. Di kelas NEWT, lulus OWL saja tidak cukup. Setiap pengajar boleh menetapkan nilai minimal OWL bagi siswa di kelasnya. Misal Profesor McGonagall, hanya mau menerima siswa NEWT yang memiliki nilai OWL Transfigurasi minimal E.
            Pelajaran untuk kelas NEWT juga ditentukan oleh minat dan profesi mereka kelak. Misal seorang Auror, harus punya bekal ilmu Transfigurasi, Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, Mantra dan Ramuan.

Sumber : Bobo Special Edition Harry Potter No.02/2007

SEVERUS SNAPE SANG AGEN RAHASIA



Dia mantan pelahap maut. Bajunya selalu hitam. Sikapnya dingin. Mukanya galak. Terutama sama Harry Potter. Tapi apakah Snape sejahat penampilannya? Sepertinya harus dipikir ulang. Soalnya, berkali-kali Snape telah menolong Harry.

Mantra Penolong
         Hermione dan Ron khawatir akan keselamatan Harry ketika ia main Quidditch. Soalnya mereka melihat mulut Snape komat-kamit membaca mantra. Jangan-jangan dialah yang menyebabkan sapu terbang Harry bergerak tak tentu arah.
            Tapi . . . Justru Snape berusaha melindungi Harry. Ia membaca mantra untuk melawan mantra jahat yang diucapkan Profesor Quirrell. Guru itu ternyata anak buah Voldemort.

Tanda Kegelapan
         Setiap Pelahap Maut punya Tanda Kegelapan pada lengan mereka. Tanda itu akan muncul jika Voldemort memanggil mereka. Snape punya tanda itu karena ia pernah menjadi Pelahap Maut.
            Setelah Turnamen Triwizard, Harry bilang bahwa Voldemort telah kembali. Cornelis Fudge tidak percaya. Padahal Dumbledore ikut mendukung pernyataan Harry. Lalu, Snape menunjukkan tanda kegelapannya yang menghitam. Tindakan itu untuk mendukung Harry.

Si Occlumens
         Snape pernah mengajari Harry mantra Occlumency. Mantra ini untuk menyembunyikan pikiran dan rahasia dari penyihir yang bisa mantra Legilimency. Snape adalah Occlumens yang hebat. Makanya, Dumbledore memilihnya untuk mengajari Harry. Apalagi, Snape tahu bahwa selama berbulan-bulan, Voldemort telah memanfaatkan pikiran Harry.

Veritaserum
         Profesor Umbridge meminta Veritaserum pada Snape. Hal itu agar Harry memberitahu keberadaan Sirius. Snape pura-pura memberikannya, padahal itu Veritaserum palsu. Snape lalu bilang, Veritaserumnya sudah habis, dan kalau pun mau membuatnya, butuh waktu sebulan! Itu sih, cuma alasan Snape saja. Sebenarnya ia ingin melindungi Harry dan Dumbledore.

Anggota Orde Phoenix
         “Dia menawan Padfoot!”, Harry memberikan pesan samarnya pada Snape. Ia bermimpi Sirius ditawan di Departemen Misteri. Harry ingin menyelamatkannya, tapi ia sedang disergap Umbrige dan anak-anak Slyterin.
            Snape kelihatan cuek. Padahal, ia segera berkomunukasi dengan Sirius dan anggota Orde Phoenix yang lain. Snape cemas kalau Harry tetap akan pergi ke Kementrian Sihir. Sebab, itu hanya jebakan Voldemort!



Pembunuh
         “Avada Kedavra!” Pancaran sinar hijau meluncur dari tongkat sihir Snape. Dumbledore pun meninggal dunia. Inilah saat yang paling menyakitkan bagi Harry. Snape telah mengkhianati Dumbledore!
            Snape memang membunuh Dumbledore. Tapi, bukan karena ia jahat. Dumbledorelah yang menyuruh Snape untuk membunuhnya. Tangan Dumbledore terluka parah sejak memakai cincin Horcrux milikn Voldemort. Karena kutukannya sangat mematikan, hidup Dumbledore hanya tinggal setahun lagi. Jadi Dumbledore meminta Snape untuk membunuhnya, karena ia tidak ingin dibunuh oleh Pelahap Maut lain. Apalagi oleh Greyback, si manusia serigala yang gemar menyantap daging manusia.

Sang Patronus
         Di Harry Potter and the Deathly Hallows, Snape mengeluarkan Patronus rusa betinanya. Patronus itu mengantarkan Harry ke tempat pedang Godric Gryffindor berada, yaitu di sebuah danau es di Hutan Dean. Pedang itu dapat menghancurkan Horcrux-Hoecrux Voldemort.
            Waktu itu, Harry belum tahu kalau Patronus itu berasal dari Snape. Lalu setelah Snape meninggal, barulah Harry tahu kesetiaan Snape pada Dumbledore. Dan Snape ingin melindungi Harry, karena sejak kecil ia sangat mencintai ibu Harry, Lily Potter!

Sumber : Bobo Special Edition Harry Potter No.02/2007